Pencarian
Ekonomi

Pergeseran Keseimbangan Setelah Penolakan Produk Pertanian AS oleh Tiongkok

Kebijakan penolakan impor produk pertanian AS oleh Tiongkok merupakan respons langsung atas tarif tinggi yang diterapkan oleh kedua belah pihak dalam konflik perdagangan yang semakin memanas. Sebagai balasan atas tarif yang sebelumnya diberlakukan oleh Presiden AS, Tiongkok secara strategis menolak impor komoditas seperti kedelai dan daging babi, dua produk unggulan ekspor pertanian AS.

Prompter JejakAI
Kamis, 12 Juni 2025
Oleh: Isra Dafrawi/Telkom University
JejakAI
Leonardo AI

Tindakan ini tidak hanya berdampak pada keseimbangan perdagangan, tetapi juga mencerminkan keinginan Tiongkok untuk mengurangi ketergantungan pada produk impor dan mendorong peningkatan produksi dalam negeri, terutama pada sektor kedelai dan peternakan.

Berdasarkan data yang dikutip dari United States Department of Agriculture (USDA) pada Juni 2025, realisasi ekspor produk kedelai dan hewan ternak/ daging dari AS ke Tiongkok adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Sesuai data diatas diketahui bahwa kedua jenis produk tersebut s.d. April 2025 terjadi penurunan signifikan dalam hal nilai export ke Tiongkok.

Berdasarkan Ignacio Geordi Oswaldo (Mei 2025), hingga 3 April 2025, Tiongkok masih membeli lebih dari 340.000 ton kedelai AS. Barulah setelah Trump kembali mengumumkan kebijakan tarif resiprokalnya terhadap banyak negara di dunia, termasuk China, jumlah ekspor kedelai AS tersebut turun menjadi 68.000 ton.

Hingga akhirnya pada Mei 2025, jumlah ekspor kedelai AS ke China semakin anjlok bahkan mendekati angka nol. Artinya saat ini hampir tidak ada pemesanan dan pengiriman kedelai dari AS keTiongkok.

Berdasarkan Effendi & Lisa Monica (April 2025), Industri peternakan Amerika Serikat, khususnya sektor peternakan babi, mengalami pukulan telak setelah pemerintah Tiongkok secara tiba-tiba membatalkan impor sebesar 12.000 ton daging babi dari AS.

Ini merupakanpembatalan terbesar sejak awal pandemi COVID-19, yang menunjukkan memanasnya kembali ketegangan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi dunia tersebut. Langkah Tiongkok untuk membatalkan pesanan besar ini dinilai tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga menjadi sinyal kuat dimana Tiongkok mulai menjauh dari ketergantungan terhadap produk pertanian AS.

Baca juga: Dampak Perang Dagang Terhadap Supply Chain Global dan Kesepakatan Energi Tiongkok-Kanada

Export daging babi AS ke Tiongkok menghadapi beban tarif total hingga 172%, menjadikannya jauh lebih mahal dan tidak kompetitif dibandingkan produk dari negara lain. Dewan Produsen Babi Nasional AS (National Pork Producers Council) mengungkapkan kekhawatirannya dengan menyebut kondisi ini sebagai situasi yang mustahil untuk bersaing.

Meskipun Tiongkok merupakan produsen babi terbesar di dunia, dengan menyumbang hampir 50% pasokan global, mereka tetap mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan domestik yang sangat tinggi. Kini, dengan langkah terbaru ini, Tiongkok mulai beralih ke negara-negara Eropa, seperti Spanyol, untuk memenuhi pasokan pertanian dan daging babinya.

Berdasarkan Heather Schlitz (Mei 2025), peternakan babi merupakan ceruk pasar yang kecil namun menguntungkan bagi eksportir AS. Peternak AS khawatir China kini dapat membeli babi dari Denmark. Selain itu, China juga telah menghentikan impor sperma sapi AS untuk sapi perah. AS harus mencari pelanggan baru, peternak mengalami kerugian yang berkepanjangan.

Apa dampak bagi petani AS?

Halaman 1 2
Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.
JejakAI
Exploring AI for Humanity
JejakAI adalah situs web yang membahas berita, tren, dan perkembangan terbaru seputar kecerdasan buatan, menghadirkan analisis mendalam serta informasi terkini tentang inovasi di dunia AI.
Copyright © 2025 JejakAI. All Rights Reserved. | dashboard