Perang yang terjadi antara India dan Pakistan memicu kekhawatiran lebih besar dari sekadar konflik perbatasan. Kedua negara bertetangga ini memiliki hulu ledak nuklir yang telah dikembangkan seiring intensitas persaingan di antara keduanya. Deep research dari ChatGPT mengungkap juga peran negara besar di belakangnya.
Latar Belakang Persaingan Nuklir
Program nuklir India dan Pakistan muncul dari rivalitas lama dan konflik regional antara kedua negara. Setelah merdeka pada 1947 dan beberapa kali berperang (terutama pada 1965 dan 1971), India memulai program nuklir yang awalnya berorientasi sipil.
Perdana Menteri Indira Gandhi memerintahkan uji coba nuklir pertama India (“Smiling Buddha”) pada tahun 1974. Ledakan “damai” tersebut mendorong India masuk ke arena nuklir global dan memicu sanksi Barat (termasuk pembentukan Nuclear Suppliers Group).
Pakistan, yang merasa inferior secara konvensional dan khawatir atas kemampuan nuklir India (serta pemisahan Pakistan Timur pada perang 1971), meluncurkan program senjata pada 1970-an di bawah Zulfikar Ali Bhutto dan A.Q. Khan.
Dengan bantuan Tiongkok dan jaringan rahasia, Pakistan secara diam-diam membangun infrastruktur pengayaan. Setelah uji coba India tahun 1974 dan terutama setelah terungkapnya jaringan proliferasi pada 1988–90, Pakistan mempercepat upayanya.
Tonggak utama termasuk uji coba tahun 1998 (seri “Pokhran-II” India dan “Chagai-I” Pakistan) – setelah itu kedua negara mendeklarasikan diri sebagai negara bersenjata nuklir. (Dewan Keamanan PBB mengutuk kedua uji coba tersebut sebagai ancaman serius terhadap non-proliferasi, dan AS menjatuhkan sanksi berdasarkan Glenn Amendment.)
leonardo ai
Tonggak Sejarah Nuklir Utama
• 1974: Ledakan nuklir pertama India (“Smiling Buddha”) pada Mei 1974 menuai kecaman internasional. Uji coba yang disebut sebagai “ledakan nuklir damai” ini memicu sanksi Barat (India dilarang berdagang dan membeli bahan bakar nuklir). Sebagai respons, Pakistan memperkuat programnya (didukung oleh deklarasi Zulfikar Bhutto pada 1972 bahwa Pakistan akan “makan rumput” demi mengembangkan bom).
• Akhir 1970-an–1980-an: Pakistan secara diam-diam mengembangkan kemampuan pengayaan (sentrifugal) dengan bantuan A.Q. Khan (yang mencuri desain dari Eropa) dan diduga bantuan teknis dari Tiongkok. Sementara itu, India mengembangkan sistem pengiriman (misil Prithvi pertama pada 1988) dan melakukan uji coba nuklir subkritis.
• 1998: Pada Mei 1998, India melakukan lima uji coba nuklir (Pokhran-II) dan mendeklarasikan diri sebagai negara bersenjata nuklir. Pakistan merespons dua minggu kemudian dengan uji coba sendiri (Chagai-I dan II), menjadi kekuatan nuklir ketujuh di dunia. Kedua tindakan ini memicu Resolusi 1172 DK PBB, yang mengakui uji coba India dan Pakistan sebagai ancaman serius bagi non-proliferasi global dan mendesak mereka untuk bergabung dengan NPT/CTBT. AS dan donor lain segera menjatuhkan sanksi pada kedua negara berdasarkan hukum non-proliferasi.
• Pasca-1998: Setelah 1998, India dan Pakistan terus mengembangkan persenjataan nuklir mereka. India mulai membangun triad nuklir sejati: mengembangkan misil yang diluncurkan dari kapal selam dan patroli laut (INS Arihant SSBN dioperasikan pada 2016, dengan SLBM seperti K-15/K-4). Pakistan mengembangkan senjata taktis, menguji misil balistik jarak pendek Nasr (Hatf-IX) pada 2011, dan kemudian misil jelajah nuklir bawah air (Babur-3 SLBM) pada 2017, menandakan peningkatan kekuatan laut. Kedua negara terus menguji dan mengerahkan sistem baru (misal: Agni-IV/V India; seri Shaheen dan Babur Pakistan) untuk memperluas jangkauan deterensi mereka.
Bagaimana doktrin nuklir mereka?