Pencarian
Internasional

Rivalitas Nuklir India dan Pakistan, Membuat Konflik Jadi Sangat Berbahaya

Sejak ujicoba nuklir pertama India "Smiling Budha" pada 1974, Pakistan kemudian mendeklarasikan akan "makan rumput" demi mengembangkan nuklir. Kini kedua negara memiliki hampir 200 hulu ledak nuklir.

Prompter Jejak AI
Jumat, 9 Mei 2025
Oleh: IP
JejakAI
Leonardo.AI

Kemampuan Nuklir Terkini

Per awal 2024, kedua negara memiliki arsenal yang relatif seimbang. SIPRI memperkirakan stok senjata nuklir India sekitar 172 hulu ledak (naik dari 164 pada 2023), sedikit melebihi Pakistan yang memiliki 170 hulu ledak. Keduanya terus melakukan ekspansi secara moderat.

Pengaruh Aktor dan Rezim Internasional

Dinamika nuklir India–Pakistan dibentuk oleh kekuatan eksternal dan rezim non-proliferasi. Setelah keduanya menjadi negara nuklir, Amerika Serikat menekan dengan sanksi (berdasarkan Glenn Amendment 1977) dan memulai dialog “strategic restraint” untuk menahan perlombaan senjata.

Diplomasi AS juga beberapa kali meredakan krisis (Clinton di Kargil, Bush pada 2002). Pada 2005, Perjanjian Nuklir Sipil AS–India memberi India akses ke perdagangan nuklir sipil (melalui pengecualian NSG), secara efektif mengintegrasikan India ke dalam tatanan nuklir global tanpa menandatangani NPT. Pakistan menginginkan pengakuan serupa namun tetap terisolasi secara internasional.

Tiongkok memainkan peran segitiga yang krusial. Beijing adalah lawan India (perang 1962) dan secara historis membantu program Pakistan. Tiongkok diyakini secara luas telah menyediakan bahan dan teknologi nuklir untuk Pakistan sejak 1980-an (bahkan menguji perangkat untuk Pakistan pada 1990).

Dukungan Tiongkok membantu Pakistan merespons cepat uji coba India tahun 1998. Sementara itu, ekspansi nuklir Tiongkok sendiri mendorong India memperkuat arsenalnya, menciptakan efek umpan balik yang juga memengaruhi Pakistan. Tiongkok secara terbuka mengutuk uji coba India dan menyerukan penahanan, namun tetap melanjutkan kerja sama strategis dengan Pakistan (misal transfer misil).

Baca juga: Kecerdasan Buatan Mengubah Wajah Industri Otomotif

Rezim non-proliferasi internasional berdampak terbatas. Baik India maupun Pakistan bukan pihak NPT atau CTBT. Keduanya sering didesak (oleh PBB, NSG, IAEA) untuk bergabung. Setelah 1998, Resolusi 1172 DK PBB secara tegas mendesak mereka menandatangani NPT/CTBT. Pakistan kadang menunjukkan keterbukaan (misal janji moratorium uji coba), tetapi ketidakpercayaan regional menghambat kesepakatan formal.

Kontrol ekspor utama (Missile Technology Control Regime, NSG) hanya sebagian efektif: India mendapat pengecualian NSG (meski tak menandatangani NPT), sementara Pakistan tidak. Tindakan global termasuk sanksi terhadap pelaku proliferasi (terungkapnya jaringan A.Q. Khan pada 2004) dan dialog bilateral. Kendala internasional ini memperlambat, tapi tidak menghentikan, modernisasi arsenal kedua negara.

Aktor lain: Rusia secara historis memasok kedua negara (reaktor, misil) dan pernah menjadi mediator perdamaian. Uni Eropa dan Tiongkok mendukung pembangunan kepercayaan di Kashmir. Lima Kekuatan (P5) bersama-sama menyerukan penahanan (menandatangani surat ke India/Pakistan pada 1998). Secara keseluruhan, meski tekanan internasional membatasi uji coba dan proliferasi terbuka, rivalitas deterensi nuklir inti tetap ada – sebagian besar merupakan kontestasi bilateral di bawah bayang-bayang nuklir global.*


Halaman 1 2 3 4
JejakAI
Exploring AI for Humanity
JejakAI adalah situs web yang membahas berita, tren, dan perkembangan terbaru seputar kecerdasan buatan, menghadirkan analisis mendalam serta informasi terkini tentang inovasi di dunia AI.
Copyright © 2025 JejakAI. All Rights Reserved. | dashboard