Budhis yang sederhana
Data menunjukkan dampak nyata dari kehadiran ini. Akun Facebook-nya memiliki lebih dari 13 juta pengikut, X sekitar 19 juta, dan Instagram lebih dari 1,5 juta. Angka-angka ini bukan sekadar statistik; mereka mencerminkan jutaan orang yang, setidaknya sesaat, berhenti untuk merenungkan pesan tentang kebaikan atau perdamaian.
Interaksi di platform ini juga hidup—pengikut dari berbagai latar belakang, dari mahasiswa di Amerika hingga biksu di Thailand, sering berbagi cerita tentang bagaimana kutipan Dalai Lama menginspirasasi mereka untuk bermeditasi, membantu orang lain, atau sekadar tersenyum di hari yang sulit.
Di luar angka, kehadiran Dalai Lama di media sosial adalah cerminan dari adaptasi ajaran Buddha dengan zaman. Ia membuktikan bahwa nilai-nilai kuno tentang kasih sayang dan kebijaksanaan tetap relevan, bahkan di tengah algoritma dan layar sentuh. Dengan setiap unggahan, ia mengajak dunia untuk tidak hanya mengonsumsi konten, tetapi untuk berhenti, bernapas, dan bertanya: bagaimana kita bisa menjadi lebih baik?
Di dunia yang sering kali riuh, suara lembut Dalai Lama di media sosial adalah pengingat bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil—dan kadang-kadang, dari sebuah postingan sederhana.*
Artikel ini disusun oleh Grok 3.